Pengantar
Seiring dengan makin banyaknya permintaan IP Camera, kami menemukan artikel yang bermanfaat di salah satu situs terkenal. Oleh karena cukup menarik, maka kami coba terjemahkan dengan beberapa penambahan. Semoga bermanfaat untuk menambah wawasan kita.
Seiring dengan makin banyaknya permintaan IP Camera, kami menemukan artikel yang bermanfaat di salah satu situs terkenal. Oleh karena cukup menarik, maka kami coba terjemahkan dengan beberapa penambahan. Semoga bermanfaat untuk menambah wawasan kita.
Saat
menggunakan IP camera, Megapixel camera, Network Video Recorder (NVR)
bahkan DVR, pemahaman dasar tentang berapa besar bandwidth yang tersedia
dan berapa besar keperluannya, merupakan persoalan sangat kritis dalam
desain dan instalasi video surveillance berbasis IP. Mereka yang
terlibat dalam urusan ini harus memiliki pengetahuan dasar tentangnya,
karena sekali lagi bandwidth merupakan faktor yang kritis dalam video
surveillance.
Berapa Besar Bandwidth yang Tersedia?
Faktor
terpenting dalam menentukan berapa besar ketersediaan bandwidth adalah
apakah diperlukan hubungan antar gedung atau tidak. Contoh:
Dalam satu gedung : bandwidth yang tersedia umumnya antara 70Mbps - 700Mbps.
Dalam satu gedung : bandwidth yang tersedia umumnya antara 70Mbps - 700Mbps.
Antar gedung : umumnya 0.5Mbps - 5Mbps.
Artinya ketersediaan bandwidth dari kantor menuju ruangan mitra kerja di dalam gedung yang sama dapat 200 kali lipat ketimbang bandwidth dari kantor kita ke kantor cabang di tempat lain. Pengecualian, ketersediaan bandwidth bisa lebih banyak pada tempat-tempat berikut ini:
Artinya ketersediaan bandwidth dari kantor menuju ruangan mitra kerja di dalam gedung yang sama dapat 200 kali lipat ketimbang bandwidth dari kantor kita ke kantor cabang di tempat lain. Pengecualian, ketersediaan bandwidth bisa lebih banyak pada tempat-tempat berikut ini:
1. Antar gedung yang berbeda, tetapi masih dalam satu lahan (kampus).
2. Di pusat-pusat bisnis kota besar.
3. Pada perusahaan telekomunikasi atau di pusat riset.
Antar Gedung
Problem utama penyediaan bandwidth ini adalah mahalnya biaya untuk hubungan antar gedung. Hubungan ini biasa disebut dengan Wide Area Network (WAN) yang bandwidth-nya disediakan oleh perusahaan telekomunikasi, seperti PT.Telkom dengan speedy-nya.
Modem kabel DSL yang terdapat di banyak tempat, bisa menyediakan
bandwidth antara 0.5 Mbps sampai 5 Mbps dengan tarif $50 sampai $150
per bulan di Amerika. (Bandingkan dengan speedy family yang bertarif
214 ribu per bulan untuk 384kbps!). Contoh lainnya adalah T1 yang
menyediakan 1.5Mbps dengan harga berkisar $300 sampai dengan $600 per
bulan. Di
atas itu semua, bandwidth umumnya sangat mahal. Pada beberapa area,
bandwidth 10Mbps dapat mencapai tarif ribuan dollar per bulan!
Banyak pula yang membicarakan fiber (terkadang disebut dengan FTTH/FTTC), tetapi fiber untuk ke gedung tidak tersedia selama beberapa tahun ke depan. Fiber ke rumah-rumah atau untuk area bisnis lebih menjanjikan dalam mengurangi tarif bandwidth secara signifikan. Namun sayang, untuk mewujudkannya diperlukan biaya besar dan inipun masih menyisakan diskusi-diskusi berkepanjangan selama lebih dari 10 tahun terakhir, sehingga perkembangannya tetap lamban.
Dalam Gedung
Sebaliknya, bandwidth di dalam gedung (atau kampus) bisa disediakan cukup banyak karena biayanya murah. Pemakai non-teknikpun dapat menyusun jaringan 10/100/1000Mbps di dalam gedung (yang dikenal dengan Local Area Network atau LAN) dengan mudah. Harga instalasinya kurang dari $1,000 dan tanpa dikenakan biaya bulanan. Berbeda sekali dengan WAN, dimana untuk bandwidth yang sama kita perlu merogoh biaya sepuluh ribuan dollar per bulannya. Biaya pemasangan jaringan di dalam gedung bisa murah disebabkan minimalnya infrastruktur atau konstruksi yang diperlukan. Saat membangun jaringan antar kota, kita memerlukan jalur jalan, galian, pemasangan tiang telepon dan sebagainya. Ini semua adalah proyek besar yang dapat memakan jutaan bahkan milyaran dollar. Berbeda sekali dengan gedung, malah terkadang perkabelannya dipasang begitu saja di dalam plafon supaya cepat dan simpel (memang ini bukan cara yang profesional, tetapi banyak orang yang melakukannya!).
Banyak pula yang membicarakan fiber (terkadang disebut dengan FTTH/FTTC), tetapi fiber untuk ke gedung tidak tersedia selama beberapa tahun ke depan. Fiber ke rumah-rumah atau untuk area bisnis lebih menjanjikan dalam mengurangi tarif bandwidth secara signifikan. Namun sayang, untuk mewujudkannya diperlukan biaya besar dan inipun masih menyisakan diskusi-diskusi berkepanjangan selama lebih dari 10 tahun terakhir, sehingga perkembangannya tetap lamban.
Dalam Gedung
Sebaliknya, bandwidth di dalam gedung (atau kampus) bisa disediakan cukup banyak karena biayanya murah. Pemakai non-teknikpun dapat menyusun jaringan 10/100/1000Mbps di dalam gedung (yang dikenal dengan Local Area Network atau LAN) dengan mudah. Harga instalasinya kurang dari $1,000 dan tanpa dikenakan biaya bulanan. Berbeda sekali dengan WAN, dimana untuk bandwidth yang sama kita perlu merogoh biaya sepuluh ribuan dollar per bulannya. Biaya pemasangan jaringan di dalam gedung bisa murah disebabkan minimalnya infrastruktur atau konstruksi yang diperlukan. Saat membangun jaringan antar kota, kita memerlukan jalur jalan, galian, pemasangan tiang telepon dan sebagainya. Ini semua adalah proyek besar yang dapat memakan jutaan bahkan milyaran dollar. Berbeda sekali dengan gedung, malah terkadang perkabelannya dipasang begitu saja di dalam plafon supaya cepat dan simpel (memang ini bukan cara yang profesional, tetapi banyak orang yang melakukannya!).
Banyak
diskusi bermunculan seputar penggunaan wireless (WiMax, WiFi, 3G,
dsb.), tetapi wireless-pun tidak bisa menyediakan cukup banyak
bandwidth secara signifikan. Demikian pula dari segi cost tidak
lebih baik ketimbang DSL atau modem kabel. Dengan begitu, wireless tidak
bisa menyelesaikan persoalan bandwidth antar gedung. Seperti telah
dibahas, wireless hanya unggul secara mutlak dalam hal mobilitas dan
digunakan pada daerah dimana layanan modem kabel tidak efektif dari segi
biaya.
Seberapa Besar Bandwidth IP Camera?
Untuk konsumsi bandwidth satu IP camera, gunakan 1 Mbps
sebagai patokan kasar. Saat ini, banyak faktor yang memengaruhi
konsumsi total bandwidth. Kita tentu dapat mengalirkan (stream) IP
camera pada bandwidth terendah 0.2 Mbps (atau 200 Kbps) sementara
lainnya mencapai 6 Mbps. Makin besar resolusi dan frame rate yang
dipilih akan semakin banyak memakan bandwidth. Makin efisien CODEC yang
dipakai, makin kecil bandwidth yang digunakan. Untuk konsumsi bandwidth
sebuah Megapixel camera, gunakan 5 Mbps sampai 10 Mbps sebagai patokan
kasar. Sekali lagi, banyak faktor yang memengaruhi konsumsi total
bandwidth. Sebuah camera 1.3 megapixel pada 1 fps dapat memakan
sedikitnya 0.8 Mbps (atau 800 Kbps) sementara camera 5 megapixel dapat
memakan bandwidth sebesar 45 Mbps.
Apa arti semua ini untuk sebuah IP Video System?
Seperti halnya pada transaksi finansial, sekarang kita dapat menjelaskan apa yang kita dapat peroleh:
1. Antar gedung : kita punya "jatah" 0.5Mbps - 5 Mbps.
2. Dalam satu gedung: kita punya "jatah" 70Mbps - 700Mbps.
3. Satu IP Camera: meminta "jatah" 1 Mbps.
4. Megapixel Camera: meninta "jatah" 5 Mbps - 10 Mbps per camera.
Dengan pendekatan di atas kita dapat dengan cepat melihat kombinasi antara IP Camera dan Megapixel Camera yang bisa digunakan antar gedung atau di dalam gedung.
1. Antar gedung : kita punya "jatah" 0.5Mbps - 5 Mbps.
2. Dalam satu gedung: kita punya "jatah" 70Mbps - 700Mbps.
3. Satu IP Camera: meminta "jatah" 1 Mbps.
4. Megapixel Camera: meninta "jatah" 5 Mbps - 10 Mbps per camera.
Dengan pendekatan di atas kita dapat dengan cepat melihat kombinasi antara IP Camera dan Megapixel Camera yang bisa digunakan antar gedung atau di dalam gedung.
- Dalam gedung : mudah untuk mengalirkan sejumlah IP dan Megapixel camera.
- Antar gedung : hampir tidak mungkin mengalirkan sejumlah IP dan Megapixel camera.
Oleh karena situasi ini, maka konfigurasi standar yang perlu diperhatikan pada sistem IP Video adalah:
1. Recorder Lokal yang ada pada setiap gedung atau remote site. Recorder lokal akan menerima aliran video dari camera dan menyimpannya.
2. Recorder Local hanya meneruskan aliran (baik live ataupun hasil recording) secara “off-site”, yaitu pada saat user ingin melihat video saja. Ketimbang membebani WAN dengan bandwith yang tidak realistik seharian penuh, bandwidth pada LAN hanya dipakai saat user melihat video saja. Umumnya, remote viewing ini hanya dilakukan sesekali saja, sehingga IP video dapat dipadukan bersamaan dengan WAN (yang mahal itu).
3. Recorder Local umumnya memiliki feature untuk mengurangi bandwidth streaming video menuju remote client. Selain itu frame rate live video bisa dikurangi atau kualitasnya diturunkan secara dinamis supaya tidak membebani jaringan, sehingga video tidak tersendat-sendat. Aliran live video yang kontinyu tentu sangat efisien untuk mengidentifikasi kejadian. Oleh karena harga bandwidth mahal (khususnya bandwidth upstream untuk mengirimkan video ke remote viewer), maka kebijakan finansial perlu dipertimbangkan dengan baik.
Kesimpulan
Mengetahui besarnya bandwidth yang tersedia untuk DVR, NVR, camera IP dan Megapixel merupakan elemen kunci dalam perencanaan dan pemasangan sistem IP video yang benar. Kendati dalam realisasinya masih diperlukan survei menyeluruh, namun mudah-mudahan uraian ini cukup membantu dalam memahami betapa besar pengaruh bandwidth pada IP video.
- Antar gedung : hampir tidak mungkin mengalirkan sejumlah IP dan Megapixel camera.
Oleh karena situasi ini, maka konfigurasi standar yang perlu diperhatikan pada sistem IP Video adalah:
1. Recorder Lokal yang ada pada setiap gedung atau remote site. Recorder lokal akan menerima aliran video dari camera dan menyimpannya.
2. Recorder Local hanya meneruskan aliran (baik live ataupun hasil recording) secara “off-site”, yaitu pada saat user ingin melihat video saja. Ketimbang membebani WAN dengan bandwith yang tidak realistik seharian penuh, bandwidth pada LAN hanya dipakai saat user melihat video saja. Umumnya, remote viewing ini hanya dilakukan sesekali saja, sehingga IP video dapat dipadukan bersamaan dengan WAN (yang mahal itu).
3. Recorder Local umumnya memiliki feature untuk mengurangi bandwidth streaming video menuju remote client. Selain itu frame rate live video bisa dikurangi atau kualitasnya diturunkan secara dinamis supaya tidak membebani jaringan, sehingga video tidak tersendat-sendat. Aliran live video yang kontinyu tentu sangat efisien untuk mengidentifikasi kejadian. Oleh karena harga bandwidth mahal (khususnya bandwidth upstream untuk mengirimkan video ke remote viewer), maka kebijakan finansial perlu dipertimbangkan dengan baik.
Kesimpulan
Mengetahui besarnya bandwidth yang tersedia untuk DVR, NVR, camera IP dan Megapixel merupakan elemen kunci dalam perencanaan dan pemasangan sistem IP video yang benar. Kendati dalam realisasinya masih diperlukan survei menyeluruh, namun mudah-mudahan uraian ini cukup membantu dalam memahami betapa besar pengaruh bandwidth pada IP video.