Kamis, 31 Januari 2013

Seputar Masalah DVR Stand Alone


Seperti diketahui, DVR Stand Alone menggunakan hard disk sebagai media penyimpanan video dan umumnya dioperasikan selama 24 jam non-stop. Recording sendiri pada intinya adalah proses menulis ke dalam hard disk. Bisa dibayangkan betapa seringnya jarum hard disk bergerak dari satu sector ke sector lainnya. Proses ini berlangsung terus-menerus selama recording berjalan. Dampak yang terjadi akibat proses penulisan terus-menerus ini adalah penumpukan panas yang berlebihan pada hard disk (overheat).

Di sisi lain, kebanyakan standalone DVR belum memiliki kehandalan yang setara dengan PC dalam hal management penyimpanan data. Pada PC penyimpanan data diatur secara rapi oleh Sistem Operasi yang dipakai (misalnya Windows, Linux dan lainnya) melalui apa yang dinamakan dengan File Allocation Table (FAT). Sedangkan pengaturan data pada standalone DVR ini tidaklah secermat PC. Dampak dari kelemahan ini adalah data rekaman menjadi rentan terhadap fragmentasi (datanya bercerai berai).

Overheat dan Fragmentasi diduga kuat sebagai 2 penyebab utama dari masalah yang sering muncul selama pemakaian DVR. Adapun masalah yang sering dikeluhkan customer adalah:

- DVR suka me-restart sendiri.
- DVR tidak bisa dioperasikan (tombol-tombol macet).
- Rekaman pada tanggal tertentu hilang / tidak bisa diputar ulang (playback).
- Gambar membeku saat playback.
- Gambar hilang (blank), baik saat Live maupun Playback.

Data dari Departemen Servis menunjukkan, bahwa ternyata masalah hard disk menjadi faktor penentu kestabilan kerja DVR. Tidak sedikit masalah DVR yang diselesaikan “hanya” dengan melakukan format ulang pada hard disk, baik format dari menu DVR-nya sendiri ataupun format low level. Setelah hard disk diformat ulang, DVR menjadi normal seperti sediakala. Pertanyaan yang muncul sekarang adalah: Mengapa bisa demikian?

Dari sejarahnya hard disk memang hanya dirancang untuk PC, bukan untuk DVR yang terus-menerus merekam (menulis) data tanpa henti. Pada PC yang terjadi justru kebalikannya, yaitu hard disk lebih banyak dibaca daripada ditulis. Jika ada yang bertanya, bukankah proses menulis dan membaca itu sama saja, yaitu membuat jarum hard disk bergerak-gerak menjelajahi piringannya?

Jawabannya memang benar, tetapi sejak dulu para insinyur PC telah membuat teknik khusus agar hard disk tidak dibaca langsung secara terus-menerus (kontinyu). Teknik ini dikenal dengan istilah “caching”, dimana hasil pembacaan hard disk disimpan dulu di dalam memori (baca: RAM). Jadi pada PC, processor akan membaca data dari RAM dulu, bukan dari hard disk lagi. Perhatikanlah dengan seksama lampu indikator hard disk pada PC kita. Apakah ia sering berkedip-kedip cepat atau sering mati? Semakin sering lampu ini mati, maka semakin baik. Artinya, proses caching sudah bekerja, sehingga hard disk bisa istirahat sejenak atau bahkan dalam waktu lama, tergantung dari besarnya RAM yang dipasang. Selama data yang diperlukan masih ada di dalam memori, processor akan mengambil data ini dari sana, bukan dari hard disk.

Kembali pada kasus DVR Stand Alone. Pernahkah hard disk pada DVR ini istirahat? Jika pernah, maka tentu saja pada saat DVR sedang stop (tidak merekam) atau powernya sedang mati. Di luar itu, hard disk DVR akan bekerja keras selama 24 jam non-stop. Perhatikanlah lampu HDD pada DVR yang selalu berkedip-kedip. Hal ini menandakan, bahwa hard disk sedang ditulisi oleh data. Penulisan data secara berlebihan (excessive) seperti ini akan menimbulkan panas yang tinggi, sebab DVR merekam secara “direct to disk”, bukan melalui "cache" seperti halnya pada PC. Inilah jawaban kami mengapa temperatur hard disk menjadi faktor penentu pada stabil atau tidaknya kerja suatu DVR.

Sebagai informasi tambahan, beberapa produsen hard disk ternama telah mengeluarkan hard disk yang dikhususkan untuk aplikasi DVR (Surveillance). Sebut saja SV35 Series™, Barracuda® ES dan EE25 Series™ dari Seagate atau WD AV, WD AV-GP dari Western Digital. Pada DVR faktor thermal (panas) yang ditimbulkan oleh hard disk menjadi isu yang penting saat ini. Hal ini semakin memperkuat keyakinan kami, bahwa kehandalan suatu hard disk memegang peranan penting.

Sayangnya hard disk yang dikhususkan untuk DVR saat ini masih terbilang langka di pasaran lokal. Boleh jadi karena banyak orang yang belum mengetahuinya atau mungkin disebabkan aplikasi DVR masih sangat sedikit dibandingkan kebutuhan hard disk pada PC. DVR-DVR yang beredar saat ini kebanyakan masih menggunakan hard disk biasa yang notabene diperuntukkan untuk PC.

Namun demikian, berikut ini ada beberapa Tips yang bisa membantu dalam mengoperasikan DVR dengan tenang dan bebas masalah.

1. Rencanakanlah Durasi Perekaman
Perencanaan durasi rekaman jarang sekali dilakukan, padahal sangat penting. Tidak menentukan lamanya rekaman sejak awal akan menambah kesulitan dalam management. Jadi tetapkanlah dari awal, misalnya 1 minggu, 1 bulan dan sebagainya sesuai dengan keperluan. Penetapan waktu bisa juga disesuaikan dengan kapasitas hard disk DVR. Gunakanlah utility Space Calculation untuk keperluan ini, jangan sekedar mengira-ngira.

Contoh:
DVR Standalone 4 Channel MPEG-4 dengan kapasitas hard disk terpasang 250GB akan dioperasikan penuh pada mode Continuous (24 jam) dengan resolusi 352x240; Quality = High dan Frame Rate 25 fps. Maka berdasarkan perhitungan Space Calculation, hard disk ini akan "habis" hanya dalam waktu 5.8 hari saja (kurang dari satu minggu).


2. Lupakanlah Hard Disk Kapasitas Besar 
Hard disk “kecil” antara sekitar 160 GB untuk kebanyakan aplikasi rumah dan pabrik skala menengah sudah cukup memadai. Sebagai ilustrasi, satu hard disk 160GB sudah cukup untuk merekam 16 channel selama 1 minggu pada kecepatan 5 fps (kompresi MPEG4). Hard disk ukuran kecil pada umumnya lebih tahan lama (durable) dan mudah ditangani saat ada masalah. Jika sulit diperoleh di pasaran, pilihlah hard disk yang berkapasitas  maksimal 300GB saja, kecuali jika anda memang benar-benar membutuhkan yang lebih besar lagi.

3. Jangan Tergiur oleh Istilah Real Time
Istilah ini mengacu pada kecepatan 25 fps (PAL) yang menjadi tolok ukur kualitas DVR, padahal mode ini sangat "rakus" hard disk. Anehnya, justru feature real time inilah yang selalu digembar-gemborkan oleh Vendor. Jika anda bukan ingin merekam balapan mobil F-1 atau merekam gerakan rolet pada acara jaman dulu "Wheel of Fortune", maka sejujurnya  anda tidak memerlukan Frame Rate sebesar ini. Kecepatan 1 fps - 5ps pada kebanyakan aplikasi rumah dan pabrik sudah memadai, sehingga waktu rekaman bisa lebih lama.

4. Bijaklah dalam Memilih Mode Perekaman
Banyak user yang mencampur-campur mode Motion di Channel tertentu dengan alasan menghemat hard disk, sedangkan pada Channel lainnya menggunakan mode Schedule atau Continuous. Ketahuilah bahwa semakin banyak mode yang dipilih, maka dicurigai akan menimbulkan konflik alokasi pada hard disk sekaligus merepotkan management. Sedapat mungkin gunakanlah hanya satu mode yang sama untuk semua channel. Untuk perekaman pada daerah yang terbilang aman (seperti lobby, corrridor, drop-off area), maka mode Continuous pada fps rendah lebih disukai ketimbang mode Motion. Selain itu mode Motion ini sangat dipengaruhi oleh level cahaya di sekitar camera, sehingga memerlukan setting sensitivitas yang benar-benar pas untuk mencegah "false detection" (akibat terlalu sensitif) maupun "misdetection" (akibat kurang sensitif).

5. Biasakan Mencatat Waktu Awal Rekaman
Inipun jarang dilakukan, padahal cukup mudah. Tinggal menulis tanggal dan jam di atas kertas, kemudian simpan di atas DVR sebagai pengingat. Catatan ini penting untuk mengetahui sudah berapa lamakah DVR ini merekam sampai habis.

6. Sebaiknya Pilihan Overwrite Dibuat OFF
Saran ini kedengarannya "aneh" dan "menggelikan", tetapi tidak ada salahnya jika anda coba. Argumentasi awamnya adalah, jika pilihan ini dibuat ON, DVR (diprediksi) akan mengalami kesulitan dalam menentukan track awal pada saat memulai rekaman baru, karena track-track tadi sudah berisi data yang akan di-overwrite. Akibatnya terjadilah fragmentasi (terpecahnya data) yang akan berujung pada timbulnya masalah, seperti DVR "hang" ataupun restart sendiri.

7. Segera Lakukan Backup Pada Saat Ada Kejadian Penting
Hal ini dimaksudkan agar momen penting jangan sampai tersimpan terlalu lama pada hard disk. Pada saat DVR macet, anda sudah memiliki Backupnya.

8. Formatlah Hard Disk Sebelum Melakukan Rekaman Baru
Jika sibuk, usahakan menunjuk orang lain yang bisa melakukan hal ini. Pastikan peristiwa yang penting sudah di-backup.

9. Khusus untuk PC Base DVR Card, Manfaatkanlah Fungsi Auto Reboot
Hal ini akan membuat resource pada PC menjadi "fresh" kembali. Pilihlah waktu reboot yang tepat, yaitu yang bisa terawasi. Misalnya: jika anda masuk kerja jam 08.00, maka buatlah DVR (PC) agar auto-reboot jam 08.15 atau sekitar itu, sehingga apabila reboot gagal, anda masih bisa melakukan cara manual untuk bisa masuk ke dalam software. Tetapi jika anda memilih jam 12 malam dan proses reboot ini ternyata gagal, maka resikonya anda akan kehilangan rekaman sampai besok pagi.


10. Khusus untuk PC Base DVR Card, Pasanglah Jumper Watchdog
Jumper watchdog adalah kabel yang dipasang dari tombol Reset pada PC ke DVR dan dari DVR diteruskan ke motherboard. Entah dengan alasan apa, kadangkala kabel ini tidak atau lupa dipasang, padahal fungsinya sangat penting dalam menjaga kestabilan kerja DVR. Setiap "kemelesetan" yang terjadi dalam "bus clocking" antara DVR dan CPU dapat terdeteksi oleh sirkuit watchdog ini, sehingga PC bisa melakukan koreksi sendiri.

Kesimpulan
Pada intinya DVR tidak bisa dibiarkan bekerja tanpa pengawasan dan pengontrolan manusia. DVR apapun merk dan kualitasnya tetap perlu ditinjau secara berkala sesuai dengan lamanya hard disk habis. Jika ditetapkan 1 minggu, maka “luangkanlah waktu” untuk melihat hasil rekaman dalam minggu yang sama. Setiap kali ada kejadian penting, segeralah lakukan backup. Jika tidak ada, lakukan dulu format pada hard disk sebelum memulai rekaman  baru. Untuk alasan inilah, maka sebaiknya pilihan Overwrite dibuat OFF.

Semoga Tips ini bermanfaat untuk Anda.