Selasa, 29 Januari 2013

Alarm Rumah (Bagian 5)

Alarm Rumah (Bagian 5)

3. Boundary Guard (BX-80N)

Alternatif lain selain Door Contact dan Vibration adalah memasang Passive Infra Red (PIR) dari jenis Outdoor di Zone C. Perlu diperhatikan di sini bahwa tidak semua jenis PIR bisa dipasang di Zone C, terlebih lagi PIR dari  jenis indoor. Alasannya sekali lagi adalah menyangkut soal False Alarm. PIR indoor tidak dirancang untuk beroperasi pada fluktuasi temperatur yang ekstrim, sehingga cenderung tidak stabil jika dipasang di luar rumah. Angin malam yang bertiup cukup kencang kami tuding menjadi penyebab false alarm di malam hari. Angin ini bisa saja "memindahkan" panas (thermal) ke arah PIR. Pada siang hari panas matahari di halaman rumah akan diserap oleh bumi. Sedangkan pada malam hari yang terjadi adalah kebalikannya, yaitu pelepasan panas oleh bumi. Energi panas yang terlepas ini akan diterpa angin, sehingga pada level tertentu sensor bisa mendeteksi. Inilah jawaban kami atas pertanyaan mengapa false alarm sering terjadi justru pada malam hari, tepatnya sekitar pukul 11 hingga pukul 3 dinihari.  Terlebih lagi apabila PIR indoor dipasang di luar dengan alasan ekonomis. Tak ayal, false alarm pun bisa semakin menjadi-jadi!

Berbeda dengan jenis indoor, maka PIR outdoor dirancang agar lebih tahan terhadap fluktuasi temperatur ekstrim ini. Salah satu jenis PIR outdoor untuk memproteksi jendela adalah tipe BX-80N keluaran Optex.




Seperti terlihat pada gambar di atas, BX-80N ini bisa menjangkau jarak maksimal 12m ke arah kiri maupun kanan. Jarak ini masih bisa kita atur lagi sesuai dengan kebutuhan. Contohnya, kita bisa mengatur "sayap kiri" menjadi hanya 4m saja, sementara "sayap kanan"-nya tetap 12m. Atau, kedua "sayap" ini dibuat sama-sama 8m dan seterusnya. Sedangkan ketinggian instalasi yang disarankan adalah 1.2m dari tanah dan menempel pada bidang yang sama dengan jendela (perhatikan gambar).  Dibandingkan dengan door contact, BX-80N ini bisa memberikan peringatan dini (early warning) terhadap kehadiran pencuri. Kendati demikian, kami tetap menyarankan untuk tetap memasang door contact sebagai pertahanan kedua. Bilamana satu saat PIR kita mengalami  failure atau malfungsi, maka kita masih memiliki second layer, yaitu door contact ini.

4. Beam Boundary Guard (BX-100)
Lain halnya dengan PIR yang berdiri sendiri, maka beam terdiri dari unit transmitter dan receiver. Untuk keperluan proteksi jendela, beam dipasang pada sepertiga bagian bawah jendela. Berbeda dengan Beam Outdoor untuk proteksi Area A, maka beam Boundary bentuknya lebih ramping (slim) agar tidak menggangu dekorasi rumah.



Jarak yang bisa dijangkau mencapai 30m. Adapun hal yang membuat beam ini tampaknya "kurang disukai" adalah bentuknya yang masih tampak "mencolok" dari luar, sehingga rawan terhadap aksi perusakan (vandalism). Kendati demikian, pabrikan telah membuat pelindung khusus untuk mencegah hal ini, yaitu berupa vandalproof metal bracket dan cover warna putih. Dengan menambah accessories ini, beam sedikit terlindungi dan ter-kamuflase.

5. Glass Break Detector 

Glass Break Detector termasuk sensor indoor yang dipasang untuk mendeteksi bunyi kaca jendela apabila dipecahkan dari luar. Dilihat dari fungsinya, maka kami menempatkan sensor ini ke dalam bagian dari proteksi jendela (boundary), sekalipun dipasangnya di dalam ruangan. Oleh karena aktif, maka sensor ini memerlukan tegangan 12VDC yang di-supply dari panel alarm. Berbeda dengan shock sensor pasif yang harus ditempelkan pada permukaan kaca, maka Glass Break ini dipasang sejauh 4m - 8m dari bidang kaca, sehingga bisa "mendengarkan" bunyi kaca pecah di dalam radiusnya. Uniknya, sensor ini tidak bereaksi terhadap piring atau gelas yang jatuh (pecah) sebagaimana diklaim oleh pabrik pembuatnya. Ini dikarenakan kecanggihan teknologi "high pass filter" yang diterapkan, sehingga hanya bunyi "kaca jendela yang dipecahkan saja" yang bisa membuat sensor ini mendeteksi. 

Tentu saja untuk menguji sensor ini kita tidak perlu dengan memecahkan kaca jendela secara sungguhan, karena pabrik telah menyediakan alat test yang disebut Glass Break Simulator (peniru bunyi kaca pecah ). Dengan alat ini suara kaca disimulasikan dengan sesungguhnya melalui speaker. Penguji berdiri pada jarak tertentu dari sensor dan tombol simulator dinyalakan sehingga terdengar bunyi "pranggg...." mirip kaca pecah (atau pada tipe lain bunyi mencicit seperti tikus!). Jika sensor mendeteksi (lampu merah menyala), artinya jarak itu masuk ke dalam area deteksi. Lalu, pengujian dilanjutkan pada jarak yang lebih jauh sampai mencapai titik paling optimal. Contoh produk Glass Break Simulator ini adalah FG701 dari Honeywell atau AFT100 buatan DSC. Alat ini beroperasi dengan baterai alkaline 9V. Oleh karena suaranya keras, maka pabrikan mewanti-wanti agar bunyi alat ini tidak diarahkan ke kepala atau telinga, karena   bisa menyebabkan kerusakan pendengaran yang serius.


Glass Break Detector bisa bekerja pada hampir semua jenis kaca, yaitu: plate glass (kaca jendela biasa), tempered glass (contohnya: kaca mobil), laminated glass (kaca yang dilaminasi), wired glass (kaca berkawat), film coated glass (kaca yang dilapisi film) dan lainnya.  Beberapa diantaranya tampak pada Gambar di bawah ini:

           1. Plate Glass                 2. Tempered Glass                   3. Laminated Glass                4. Wired Glass


Satu hal penting yang harus diperhatikan adalah bunyi kaca pecah mudah diredam oleh benda-benda di sekitarnya, terutama gordyn, sofa tebal dan karpet. Jadi sebaiknya sensor ini dipasang di bawah ambang maksimum deteksinya. Makin dekat dengan jendela semakin baik, karena kita bisa leluasa dalam mengatur sensitivitasnya (jika sensor dilengkapi dengan pengatur sensitivitas). Pilihlah lokasi terbaik sesuai dengan hasil pengujian melalui simulator.