Istilah CCTV (Bagian 6)
Penulis
bukan seorang fotografer, baik amatir apalagi profesional, sehingga
sulit menjelaskan fenomena ini dari sisi teknik fotografi. Namun, apa
yang penulis coba beberapa tahun lalu terhadap dua jenis lensa dengan F
Stop berbeda memperlihatkan secara jelas betapa berpengaruhnya nilai F
Stop ini terhadap hasil gambar. Perhatikanlah dua screenshot di bawah
ini.
Pada F = 1.0 camera terlihat silau (istilah lainnya: whiting out), sehingga terlihat ada bagian tertentu yang fokus dan yang tidak. Dalam gambar di atas, bagian yang tampak fokus hanya filing cabinet di bagian depan, sedangkan sisanya kabur (out of focus). Perbandingan antara area yang fokus dengan area yang kabur tadi disebut dengan istilah Depth of Field (Ind.kedalaman medan). Perhatikan pula kepala, wajah, jam dinding dan anak tangga di area belakang. Semuanya seolah "tenggelam" oleh pantulan dinding berwarna putih, bukan?!
Lensa Varifocal 3.5mm - 8mm 1/3" F1.4
Namun, saat lensa diganti dengan F=1.4, pengaruh silau tadi semakin berkurang dan depth of field-pun
menjadi lebih baik. Perhatikanlah kepala, wajah, jam dinding, anak
tangga di latar belakang kini terlihat menjadi lebih jelas, bukan?
Bahkan, ternyata di dinding ada whiteboard yang sebelumnya "tenggelam",
tetapi kali ini tampak.
Depth of Field menyatakan perbandingan antara area yang fokus dengan yang kabur. Depth of field yang besar akan memiliki area fokus yang luas pula, mulai dari objek yang dekat sampai dengan tak-terhingga. Sedangkan depth of field yang kecil hanya memiliki sebagian area saja yang fokus. Depth of field
dipengaruhi oleh beberapa faktor. Lensa sudut lebar umumnya memiliki
depth of field (area fokus) yang lebih lebar ketimbang lensa zoom. F
stop yang tinggi memiliki area fokus yang besar juga. Pada lensa auto
iris penyesuaian aperture (F Stop) ini akan selalu diikuti dengan
variasi depth of field secara konstan. Depth of field
cenderung akan mengecil pada malam hari, karena pada saat itu lensa
auto-iris akan terbuka penuh. Akibatnya objek yang tadinya tampak fokus
di siang hari, pada malam hari bisa menjadi tidak fokus lagi.
Kesimpulan yang bisa diambil oleh penulis secara awam terhadap masalah ini adalah:
1. F
Stop (atau biasa disingkat F saja) merupakan parameter lensa yang
berhubungan dengan kemampuan lensa tersebut dalam menahan cahaya.
2. Nilai F yang kecil akan meloloskan lebih banyak cahaya daripada F yang besar.
3. F
yang besar lebih dibutuhkan pada siang hari (seperti pada percobaan).
Sedangkan untuk malam hari –jika tidak terlalu kritis- objek yang gelap
bisa dibantu dengan penerangan tambahan.
4. Kualitas
lensa tidak hanya dilihat dari parameter F Stop saja. Jadi lensa dengan
F besar tidak dikatakan lebih baik kualitasnya daripada F yang kecil.
5. Kualitas
hasil akhir gambar ditentukan juga oleh: resolusi camera, kualitas ccd,
format camera, kualitas DVR dan adalah TV monitornya sendiri. Jadi
dalam menentukan kualitas gambar, parameter F Stop tidak bisa dijadikan
sebagai satu-satunya pegangan.
6. Untuk
aplikasi outdoor ada yang menyarankan agar menggunakan lensa dengan F
Stop yang variabel, yaitu Auto Iris. Pertanyaannya adalah : Benarkah
demikian?